Director: David Bowers
Actors: Charlize Theron, Kristen Bell, Nicolas Cage, Samuel L. Jackson
Genre: Animation
Tetsuwan Atom atau Atom Boy adalah salah satu karya manga terbaik dan terpopuler dari Osamu Tezuka. Ketika saya kecil sekalipun, saya ingat betapa berpengaruhnya manganya bagiku. Saat itu saya melahap banyak sekali kisah Atom Boy di Filipina ketika masih berumur belum sampai lima tahun. Ketika datang ke Indonesia dan komik Atom Boy diterbitkan (kemudian diubah nama menjadi Astro Boy – karena Atom dinilai terlalu dekat pada nuklir) saya kembali mengikuti kisah sang bocah android. Salah satu hal yang membuatku takjub pada manga ini adalah bagaimana Osamu Tezuka bisa meramu kisah Astro Boy menjadi sesuatu yang bisa dinikmati oleh seorang di segala usia. Ketika saya kecil, saya hanya kagum pada pertarungan antar robot. Akan tetapi ketika saya membacanya lagi saat SMP dan SMU, saya menyadari ada banyak sekali pesan yang disisipkan oleh sang mangaka di dalam. Cerita dalam Astro Boy pun tidak ‘ringan’. Ada plot robot yang memberontak melawan manusia, sampai Astro yang akhirnya tewas hancur dan dibangun ulang tapi gagal berkali-kali. Tapi mungkin aspek-aspek itu jugalah yang membuat Astro Boy menjadi sebuah manga yang diapresiasi banyak orang.
Pada masa depan, sebuah kota mengapung didirikan dan disebut Metro City. Metro City merupakan tempat elit di mana orang-orang kaya, brilian, dan ilmuwan semua tinggal di sana. Kehidupan di Metro City pun sangat menyenangkan karena orang-orang tidak lagi melakukan tugas mereka seorang diri. Ada berbagai macam robot yang bisa membantu mereka. Ada robot pekerja, ada robot pembersih jalan, dan segala jenis robot-robot lainnya. Yang jelas berbeda sekali dengan kehidupan di Surface alias permukaan bumi yang terlihat kotor dan kumuh. Semua robot tersebut adalah hasil dari penelitian seorang ilmuwan jenius Dr. Tenma. Dr. Tenma bersama dengan koleganya Dr. Elefun telah menemukan sebuah terobosan baru dalam sumber daya berupa bongkahan batu biru positif dan residunya batu merah negatif.
Dalam percobaan pengaktifan robot dengan sumber daya batu merah tanpa sengaja Toby, anak dari Dr. Tenma terbunuh. Kematian Toby mengguncang sang ilmuwan. Enggan kehilangan sang anak, Dr. Tenma menciptakan sebuah android yang mirip dengan Toby. Tidak hanya itu, ia memberikan android tersebut DNA dan memori Toby dan menyempurnakannya dengan energi batu biru positif. Lahirlah Astro / Toby android. Kegembiraan Dr. Tenma tidak lama, karena walaupun Astro mirip dengan Toby, sifat mereka mulai menunjukkan perbedaan-perbedaan. Dalam kekecewaan dan frustasinya, Dr. Tenma ‘membuang’ Astro. Astro yang diserang kemudian terjatuh ke Surface dan menjalin persahabatan dengan anak-anak yatim piatu di Surface. Apakah Astro akan pernah mendapatkan tempatnya di Surface maupun Metro City?
Seperti yang kutakutkan, film Astro Boy ini diubah menjadi Imagi menjadi lebih berorientasi ke anak-anak ketimbang segala umur. Tema filmnya jadi klise di mana keberadaan Astro sebagai android dimasukkan dalam seseorang yang berusaha mencari tempat yang bisa menerima diri dan keberadaannya. Tema seperti ini sudah saya lihat berulang kali sebelumnya, baik dalam Over the Hedge, Hercules, dan segudang film animasi lain. That said, saya mendapat kejutan yang menyenangkan. Film ini boleh jadi memiliki jalan cerita yang klise, tetapi Imagi mengeksekusinya secara solid. Ada jalinan persahabatan sejati antara Astro dengan kawan-kawan barunya juga hubungan Astro dengan sang ayah. Memang sih sosok Astro di film ini agak terlalu sempurna – tetapi itu mungkin karena pengaruh batu biru positif yang menjadi sumber energinya. Ada beberapa unsur juga seperti bagaimana berbedanya Astro dan Toby yang kurang berhasil dimaksimalkan di sini, mungkin karena Imagi takut filmnya bakalan terlalu berat di drama dan kurang pada action yang nantinya bikin anak-anak ngantuk.
So my verdict is… lepas dari kekurangan-kekurangan yang saya sebutkan di atas, Astro Boy sendiri adalah film animasi yang bakalan lebih dinikmati oleh anak kecil, tetapi bagi orang dewasa yang menemani mungkin juga memiliki kenangan nostalgia tersendiri saat menontonnya.
0 comments:
Post a Comment